Pelukan Hujan
Sedari gelap kau beri pertanda
Kilat cahaya kerap menyala
Dibersamai suara cetar kadangkala
Saat mentari datang, kau malu menyapa
Rautmu redup tanpa Luka
Kenapa gerangan?
Beranjak siang ronamu tak ceria jua
Malahan, tangismu pecah meledak
Kau tumpahkan air mata tanpa malu
Tapi tahu malu memang bukan caramu
Terkadang tangismu berubah menjadi senggukan
Bahkan senggukanmu sesekali berhenti jua
Apa daya suasana hatimu plin-plan
Walaupun masih dalam warna yang denada
Namun, mendekati saatnya pulang ke pangkuan malam
Raunganmu semakin tak terbendung
Kau tumpahkan segala rasamu, dendammu, emosimu
Tanpa ampun kau hajar pengais arta
Bahkan sempat menciutkan nyali seorang anak adam yang sedang berupaya melakukan bhakti kepada orang tuanya
Tak dinyana, tekadnya sudah sekuat Baja
Dengan kualitas terbaik layaknya buatan negeri Belanda
Serindu itukah dia dengan kekurangan akan birrul walidainnya?
Comments
Post a Comment